Kuliah Daring Dinamika Pembelajaran Ketika Wabah Corona

Dwi Astuti Wahyu Nurhayati, 197602222009012003 (2020) Kuliah Daring Dinamika Pembelajaran Ketika Wabah Corona. IAIN TULUNGAGUNG PRESS, Tulungagung.

[img]
Preview
Text
Kuliah Daring Dinamika Pembelajaran.pdf

Download (2MB) | Preview
Official URL: https://www.academia.edu/45462559/Kuliah_Daring_Di...

Abstract

Tidak ada yang menduga jika begini jadinya. Awalnya hanya dikira bercanda. Hanya mereka yang jauh di sana saja yang merasakannya. Ya, hanya di Wuhan saja yang terserang Corona. Kecil kemungkinannya bisa sampai Indonesia. Para pejabat dan petinggi kita juga santai saja menanggapinya. Semuanya memberikan komentar bahwa Corona itu tidak akan bisa menembus masuk ke Indonesia. Sikap optimis itu penting tetapi harus berbasis kepada realitas. Jika urusannya dengan keselamatan, optimis saja tidak cukup. Harus ada basis-basis kesadaran, kemampuan, dan persiapan yang memadai dalam menghadapinya. Tampaknya, pemerintah kita tidak mempersiapkan diri secara baik dalam menghadapi pandemic yang sedemikian hebat. Paparan di atas adalah fenomena yang sama-sama kita saksikan. Hal itu didukung oleh realitas berikutnya. Pertengahan Maret 2020 bisa kita anggap sebagai penanda betapa kita kurang mempersiapkan diri. Satu demi satu orang positif terkena Corona. Berita demi berita berseliweran di mana-mana. Begitu menakutkan. Seolah tak percaya. Mau tidak mau kita harus waspada. Ya, kini Corona telah menjadi bagian dari kehidupan yang harus kita hadapi.Aktivitas demi aktivitas harus terhenti. Agenda demi agenda harus berganti. Semuanya demi keselamatan diri. Kita tidak bisa lagi seenaknya sendiri. Jika ingin sehat dan selamat, protokol kesehatan harus ditaati. Tidak ada pilihan lagi. Bekerja di kantor sudah tidak memungkinkan lagi. Jarak dan status masing-masing daerah berbeda. Meskipun demikian bukan berarti tidak bekerja sama sekali. Itu justru tidak sehat. Tentu saja tetap harus bekerja. Hanya saja dengan strategi berbeda. Sebagai dosen, proses perkuliahan tetap harus dijalankan. Bagaimana pun juga, realitas memang semacam ini. Bukan berarti kita menjadi pasif. Tentu tidak. Kita harus tetap mengajar walau tidak lagi bertatap muka. Maka pembelajaran dengan sistem daring menjadi pilihan. Transisi dari pembelajaran tatap muka menuju pembelajaran sistem daring ternyata tidak sederhana. Pertama-tama adalah sistem yang dipakai. Teknologi berkembang sedemikian cepat, tetapi kita tidak selalu siap menghadapi perubahan yang semacam ini. Di sinilah tantangan yang harus dicari solusi. Mungkin dosennya siap dengan sistem tertentu, tetapi tidak bagi mahasiswanya. Sebaliknya, mahasiswa yang siap tetapi dosennya belum siap. Kedua, persoalan jaringan. Ini aspek yang harus dipahami secara bijak. Rumah tinggal mahasiswa dan dosen tersebar merata di banyak wilayah. Tidak semuanya terdapat jaringan yang memadai. Implikasinya, secanggih apa pun sistem yang digunakan tidak akan ada artinya. Semuanya di luar jaringan. Ketiga, persoalan kuota. Kemampuan sudah dimiliki, jaringan cukup memadai, tetapi tanpa kuota internet tentu tidak akan jalan. Keluhan sebagian mahasiswa semenjak sistem pembelajaran daring juga penting untuk diapresiasi dan dicermati. v Tidak hanya persoalan pembelajaran. Kerja di kantor yang biasanya dilaksanakan dengan kehadiran fisik menjadi tidak bisa lagi dilakukan. Rapat, misalnya, tentu tetap dilaksanakan walau secara daring. Rapat secara langsung dan daring jelas berbeda. Sekarang bukan pada persoalan memilih langsung atau daring tetapi bagaimana dalam kondisi sekarang ini diambil sikap bijak. Sikap yang berusaha memanfaatkan kemampuan yang ada berdasarkan kondisi yang sesungguhnya sama-sama tidak kita kehendaki. Kini kita semua tidak lagi bekerja di kantor. Istilah kerennya adalah WFH. Work from home. Bekerja dari rumah. Ya, kita diharapkan bertahan di rumah, tidak rekreasi, tidak berinteraksi dengan banyak orang. Tahan diri di rumah demi kesehatan kita semua. Namun demikian pekerjaan jangan sampai diabaikan. Sudah beberapa waktu kita WFH. Ternyata tidak selalu enak. Ada jenuh juga. Sungguh, jika boleh memilih, saya lebih memilih situasi normal dan bekerja di kantor. Tapi sekarang bukan saatnya memilih. Sekarang saatnya bekerja dengan baik dalam kondisi yang ada. Tetiba kita rindu suasana kantor. Rindu mengajar di kelas bersama mahasiswa. Rindu bersua keluarga yang jauh. Rindu semuanya.Tetiba kita rindu suasana kantor. Rindu mengajar di kelas bersama mahasiswa. Rindu bersua keluarga yang jauh. Rindu semuanya.Inilah manusia. Ketika semua bisa kita nikmati, saya tidak mensyukurinya. Ketika sekarang suasana itu hilang, kita mengharapkannya. Sebagai seorang dosen, saya harus berakrab ria dengan kuliah daring. Jauh sebelum keadaan mewajibkan kuliah daring seperti sekarang ini, saya sudah pernah melakukannya. Tapi itu jika terpaksa. Karena tugas keluar kota, misalnya. Tapi jika tidak sayaApakah WFH membuat saya malas? Rasa itu ada, tapi tidak saya turuti sepenuhnya. Saya berusaha dan berjuang sekuat tentu akan masuk kelas. Relasinya terasa berbeda. tenaga untuk tetap produktif layaknya saat ngantor. Ya mengajar, menulis, dan membaca. Hikmah besar yang saya rasakan, salah satunya, adalah kesempatan membaca. Ini sungguh anugerah yang harus saya manfaatkan. Sayang sekali jika saya hanya menjadi kaum rebahan. Berlagak menjadi pahlawan hanya dengan rebahan. Saya sekarang ini memiliki waktu membaca yang lebih luas. Buku demi buku yang biasanya tidak saya sentuh sama sekali mulai saya akrabi kembali. Memang belum banyak yang saya baca tetapi untuk ukuran kesempatan, tentu jauh lebih banyak dibandingkan dengan waktu-waktu sebelumnya. Saya juga berusaha keras memanfaatkan waktu yang ada untuk menulis. Menulis apa pun. Menulis artikel jurnal, menulis buku antologi, menulis buku mandiri, dan mengajak kawan-kawan menulis bersama. Ya, menulis buku antologi. Buku ini merupakan buku yang lahir dalam suasana WFH. Awalnya saya hanya mengundang Bapak Ibu dosen IAIN Tulungagung untuk bergabung dalam grup WA yang saya beri nama Antologi Kuliah Daring. Dalam grup ini saya jelaskan secara teknis ketentuan penulisannya; tema, jumlah halaman, struktur tulisan, biaya, dan batas akhir penerimaan naskah. Apresiasinya ternyata sungguh luar biasa. Satu demi satu peserta bergabung. Tidak perlu menunggu lama. Satu demi satu peserta yang semuanya dosen IAIN Tulungagung mengirimkan tulisannya. Sungguh, ini merupakan bentuk apresiasi yang luar biasa. Meskipun bukan tulisan ilmiah, model tulisan semacam ini sangat penting artinya untuk ditumbuhkembangkan. Tulisan demi tulisan yang ada di buku ini memberikan informasi yang sangat berharga tentang kuliah daring. Setiap dosen memiliki pengalaman yang unik. Pengalaman demi pengalaman yang ada bisa menjadi titik pijak untuk merumuskan kebijakan kuliah daring secara lebih baik. vii Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berkenan berkontribusi dalam penulisan buku ini. Buku yang sesungguhnya sangat bermakna dalam menandai sebuah momentum sejarah. Sebuah momentum yang semoga segera berakhir dan tidak terulang kembali. Amin. Salam literasi

Item Type: Other
Subjects: Artikel Dosen
Bahasa Dan Sastra > Bahasa Inggris
Divisions: Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan > Tadris Bahasa Inggris
Depositing User: Dr 197602222009012003 Dwi Astuti Wahyu Nurhayati
Date Deposited: 15 Mar 2021 07:53
Last Modified: 15 Mar 2021 07:53
URI: http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/19185

Actions (login required)

View Item View Item