METODE PEMAHAMAN HADIS MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMA (NU)

HIDAYAH, ALFI NURIL (2015) METODE PEMAHAMAN HADIS MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMA (NU). [ Skripsi ]

[img]
Preview
Text
1.Cover Judul.pdf

Download (351kB) | Preview
[img]
Preview
Text
2.lembar pengajuan.pdf

Download (366kB) | Preview
[img]
Preview
Text
3.persetujuan Pembimbing.pdf

Download (83kB) | Preview
[img] Text
4. pengesahan.pdf

Download (211kB)
[img] Text
5. motto.pdf

Download (324kB)
[img] Text
6. persembahan.pdf

Download (156kB)
[img] Text
7. Kata pengantar.pdf

Download (164kB)
[img]
Preview
Text
8. abstrak.pdf

Download (369kB) | Preview
[img]
Preview
Text
9.pedoman.pdf

Download (240kB) | Preview
[img]
Preview
Text
10. daftar isi.pdf

Download (96kB) | Preview
[img]
Preview
Text
I.pdf

Download (321kB) | Preview
[img]
Preview
Text
II.pdf

Download (430kB) | Preview
[img]
Preview
Text
III.pdf

Download (361kB) | Preview
[img] Text
IV.pdf

Download (671kB)
[img] Text
V.pdf

Download (179kB)
[img]
Preview
Text
11. daftar pustaka.pdf

Download (202kB) | Preview
[img]
Preview
Text
13. pernyataan keaslian.pdf

Download (149kB) | Preview
[img]
Preview
Text
14.CURICULUM VITAE NEW.pdf

Download (105kB) | Preview

Abstract

ABSTRAK Skripsi dengan judul “Metode Pemahaman Hadis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU)” ini ditulis oleh Alfi Nuril Hidayah yang dibimbing oleh Dr. Abad Badruzaman, Lc., M.Ag. Penelitian dalam skripsi ini dilatarbelakangi oleh sebuah fenomena bahwa hadis tentang hisab dan ru’yah, istighatsah, tawassul, talqin dan qunut dipahami secara berbeda oleh Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU), dan kerap kali kedua ormas Islam terbesar ini bersilang pendapat mengenai pemahaman hadis yang membuat bingung masyarakat awam. Penelitian ini di samping akan menyingkap metode yang dipergunakan oleh Muhammadiyah dan NU, juga akan menelususri bagaimana kedua ormas Islam tersebut mengaplikasikan metodenya pada hadis-hadis tentang hisab dan ru’yah, istighatsah, tawassul, talqin dan qunut. Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah (1) Bagaimanakah metode pemahaman hadis Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU)? (2) Bagaimanakah aplikasi metode pemahaman hadis Muhammadiyah dan NU? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode dan aplikasi pemahaman hadis Muhammadiyah dan NU. Skripsi ini bermanfaat bagi almamater IAIN Tulungagung sebagai wujud kontribusi khasanah kajian Islam, khususnya dalam bidang hadis di kancah nasional. Bagi para mahasiswa/pelajar, skripsi ini dapat dijadikan sumber bacaan dan peta penelitian untuk pengembangan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif. Penelitian ini menggunakan metode perbandingan dengan mengelaborasi pendekatan hermeneutis-sosiologis. Studi kajian perbandingan metode pemahaman hadis antara dua ormas Islam terbesar di Indonesia ini menjanjikan wawasan yang relatif luas dan membuka pintu toleransi terhadap pendapat orang lain serta mengurangi fanatisme yang berlebihan pada aliran pemikiran tertentu. Pendekatan hermeneutis mencakup dua hal pokok, hermeneutik sebagai seni pemahaman dan hermeneutik sebagai teori pemahaman sekaligus penafsiran. Sedangkan pendekatan sosiologis bertujuan untuk mengetahui perilaku keagamaan masyarakat yang megimplementasikan pemahaman hadis dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penilitian menunjukkan bahwa perbedaan pemahaman antara Muhammadiyah dan NU disamping tidak sama dalam hal penggunaan perangkat metode, juga dilatarbelakangi oleh perbedaan yang bersifat paradigmatik. Muhammadiyah dalam memahami hadis dengan menggunakan pendekatan kontekstual (dalam hadis hisab dan qunut) serta dengan paradigma rasionalis (dalam hadis talqin, istighotsah, tawassul). Sedangkan metode tematik yang dipergunakan NU menggunakan pendekatan tekstualis dengan paradigma literalis-objektif. Perangkat metode pemahaman hadis dalam Muhammadiyah terlembagakan dalam Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam (MT-PPI). Majelis Tarjih bertugas menggali, memahami hukum Islam serta meningkatkan paham ajaran warga Muhammadiyah terkait dengan semua aspek kehidupan. Majelis Tarjih merupakanlembaga ijtihad Muhammadiyah. Lembaga yang memiliki tugas yang sama dalam Nahdlatul Ulama (NU) adalah Lajnah Bahtsul Masa’il. Pada mulanya Lajnah Bahsul Masa’il hanya melakukan tahrij pada pendapat-pendapat ulama salaf dalam menyelesaikan masalah kehidupan yang terjadi dalam masyarakat. Dengan asumsi dasar bahwa semua problematika yang dihadapi masyarakat saat ini sudah tertulis dan di bahas oleh para ulama salafussholih pada masa lampau. Namun pada perkembangannya, NU yang sejak awal mendeklarasikan diri sebagai kelompok yang taqlid pada pendapat empat imam mujtahid (Imam Maliki, Syafi’i, Hanbali, dan Imam Hanafi) tidak hanya terbatas pada qoul-qoul dan pendapatnya saja. Disamping taqlid pada pemahaman ajaran agama pada empat imam mazhab, NU juga bermazhab secara manhaji. Taqlid manhaji adalah mengikuti corak dan karakter berfikir dan metode para imam mujtahid dalam melakukan istinbat hukum pada al-Qur’an dan Hadis. Sedangkan aplikasi metode pemahaman hadis Muhammadiyah dan NU banyak ditemukan titik persamaan dan titik perbedaan. Titik persamaannya terletak pada metode yang dipergunakan. Dalam memahami hadis talqin misalnya, baik Muhammadiyah maupun NU menggunakan metode tematik dalam upayanya menemukan isi pesan moral yang termaktub dalam hadis tersebut. Yang menarik dalam hal ini adalah, baik Muhammadiyah maupun NU dalam memahami talqin merujuk pada hadis yang diriwayatkan Imam Muslim: “لقنوا موتاكم لااله الا الله ”. Perbedaan paradigmalah yang mebuat kesimpulan Muhammadiyah dan NU berbeda dalam memahami hadis tersebut. Muhammadiyah memahami kata mautaakum adalah orang-orang yang akan meninggal (sakarat al-Maut) dan talqin adalah menuntun orang yang akan meninggal dunia untuk mengucapkan kalimat peng-Esa-an Tuhan. Sedangkan NU memahami mautaakum adalah orang-orang yang baru saja dimakamkan dan memahami talqin adalah menuntun, mengajari, atau mengingatkan pada orang yang baru meninggal untuk bersiap-siap didatangi dua malaikat penjaga kubur yang akan melontarkan beberapa pertanyaan. Demikianlah NU memahami talqin, sehingga talqin yang dilakukan oleh orang NU yaitu diatas kubur orang yang baru saja dimakamkan. Tepat di wilayah paradigmatik dalam memahami hadis talqin inilah merupakan salah satu titik perbedaan antara Muhammadiyah dan NU.

Item Type: Skripsi
Subjects: Agama
Divisions: Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah > Ilmu Al-Quran Dan Tafsir
Depositing User: ALFI NURIL HIDAYAH
Date Deposited: 17 Dec 2015 02:45
Last Modified: 17 Dec 2015 02:45
URI: http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/2186

Actions (login required)

View Item View Item