PERGESERAN KESADARAN BERAGAMA MASYARAKAT KAMPUNG NELAYAN (Studi Kasus di Dusun Klatak Desa Keboireng Kec. Besuki Kab. Tulungagung)

Dr.NurulHidayah, M.Ag,, 197305072000032001 and Dian Mei Yunarsih, 126207203084 (2021) PERGESERAN KESADARAN BERAGAMA MASYARAKAT KAMPUNG NELAYAN (Studi Kasus di Dusun Klatak Desa Keboireng Kec. Besuki Kab. Tulungagung). [ Experiment ]

[img] Text
PERGESERAN KESADARAN BERAGAMA MASYARAKAT KAMPUNG NELAYAN.docx

Download (15MB)

Abstract

Tidak sulit ditemukan pada sebagian masyarakat tentang perubahan perilaku seseorang atau sekelompok orang beragama yang pada awalnya getol menjalankan aktivitas-aktivitas keagamaan, tetapi kemudian berubah perilakunya menjadi kurang cocok dengan apa yang diajarkan oleh agama yang dipeluknya. Pada awalnya mereka rajin salat, puasa, zakat, sedekah, memakmurkan masjid, dan sebagainya lalu kemudian meninggalkan sebagian, atau bahkan semua amalan-amalan itu. Bahkan banyak juga diantara mereka orang-orang yang berpendidikan tinggi sampai sekolah ke luar negeri, dengan sederetan gelar akademiknya, sederatan pengalamannya, tapi tidak mampu bangun pagi dan salat Subuh berjamaah di masjid secara istiqamah. Demikian pula berapa banyak orang yang sembahyang, puasa dan beribadah dengan caranya masing-masing tapi masih sombong, ujub, riya, korupsi, adu domba, fitnah, ghibah, menganiaya, hasud, dst. Padahal mereka tahu bahwa semua perbuatan tercela itu dilarang agama. Tidak ada lagi perasaan bersalah (sense of guilt) dan berdosa melakukan pelanggaran. Tidak pula ada rasa malu meninggalkan ajaran Tuhan. Mereka melakukan keburukan dan kejahatan belum tentu karena mereka tidak mengerti, tapi karena mereka belum memiliki kesadaran menjalankan perintah agama. Hal ini tentu sangat mengecewakan karena nilai-nilai agama mulai ditinggalkan. Terjadinya perubahan terhadap perilaku keagamaan menurut Kasmiran merupakan permulaan proses seseorang, kelompok atau masyarakat mengalami penyimpangan terhadap sikap keagamaan. Hasil belajar atau pengaruh lingkungan membawa perubahan sikap. Disamping itu, keinginan melakukan ajaran agama secara utuh dan sempurna sebenarnya merupakan fitrah setiap manusia, karena manusia adalah homo religious (makhluk beragama). Semua manusia membutuhkan agama, karena agama dapat memecahkan berbagai macam kesulitan yang dihadapi mulai dari kesulitan orang-orang sederhana sampai dengan kesulitan para pemikir yang jenius. Agama juga membuat para pemeluknya yang setia berperilaku baik dan terjamin keselamatannya. Maka terjadi perubahan sikap terhadap kesadaran beragama sebetulnya dapat diubah walaupun sulit. Sedangkan tidak semua orang mau atau mempunyai kesempatan mengenal agama. Bisa juga sebagian orang mengenal agama bahkan mengamalkannya tetapi karena kurangnya ilmu dan kurangnya kesadaran dalam mengamalkannya, sehingga tidak mendapatkan hasil yang optimal. Maka hal yang paling penting adalah bagaimana menumbuhkan kesadaran beragama pada masyarakat. Salah satu strateginya adalah dengan menanamkan keyakinan dan kepatuhan mereka kepada Tuhan. Semakin yakin dan patuh seseorang kepada Tuhannya, maka semakin tinggi tingkat kesadarannya dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Seseorang dengan kematangan kesadaran beragama dikatakan oleh Ahyadi sebagai seseorang yang memiliki difrensiasi (bercabang), produktif, komprehensif, integral, dan keikhlasan pengabdian. Setiap pekerjaan dijalankannya dengan penuh kesungguhan meski tanpa pengawasan orang lain, karena ia yakin dan sadar bahwa ada Yang Maha Mengawasi, yaitu Tuhan. Keyakinan dan kesadarannya ini terefleksi dalam perilakunya berupa jujur, amanah, istiqamah, rasa malu, dan berharap hanya kepada Tuhan. Jika suatu masyarakat telah terbentuk kesadaran beragama yang kuat, maka akan tercipta suatu kondisi masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Masyarakat seperti demikian yang sesungguhnya dicita-citakan oleh kita semua bangsa Indonesia. Kondisi masyarakat ideal sebagaimana di atas sebetulnya pernah dijalani dan dirasakan oleh sekelompok masyarakat nelayan di Dusun Klatak Desa Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung sebelum dibangun Jalur Lintas Selatan (JLS) pada tahun 2016. Dusun Klatak pada awalnya adalah daerah terpencil yang berada di pinggir pantai Klatak dan dibatasi oleh bukit-bukit kecil terletak cukup jauh sekitar 8 km. dari daerah perkampungan. Akses menuju ke daerah tersebut sebelum dibangun JLS tidak bisa dijangkau oleh kendaraan biasa. Oleh karena itu, secara ekonomi kampung yang terdiri dari 25 kepala keluarga tersebut waktu itu tergolong sangat miskin. Demikian pula tidak ditemukan seorang pun di sana yang pernah sekolah, sehingga tentang kondisi keagamaan masyarakat tersebut benar-benar tidak mengenal agama apapun. Namun pada pertengahan tahun 2012 seorang penyuluh Agama Islam dari Kementerian Agama Kabuapten Tulungagung melakukan aktivitas dakwahnya secara rutin setiap minggu sekali kepada masyarakat tersebut. Maka sejak saat itu, masyarakat mulai menjalankan ajaran Agama Islam dengan kesadaran. Karakteristik adanya kesadaran beragama pada masyarakat tersebut adalah adanya semangat yang tinggi dalam menjalankan aktivitas ritual keagamaan dalam kehidupan mereka sehari-hari tanpa diperintah, seperti semangat belajar agama Islam yang tinggi, aktif salat berjamaah lima waktu, mendirikan salat Jumat, berpuasa Ramadhan, mengeluarkan zakat, memiliki rasa persaudaraan yang kuat, dermawan, dan kerukunan hidup bermasyarakat. Begitu semangatnya mereka mempelajari agama Islam hingga pada waktu itu setiap kali Penyuluh Agama Islam datang ke sana selalu disambut dengan penuh antusias dan diikuti seluruh materi-materi yang diajarkannya dengan penuh hikmah dari pagi sekitar jam 10.00. sampai sore jam 14.00. Selama itu mereka tidak satu pun ada yang beranjak pergi dari majelis. Namun sejak pembangunan JLS pada tahun 2016, akses jalan menuju Klatak menjadi sangat mudah. Diikuti oleh pembangunan infrastruktur lainnya membuat masyarakat nelayan Klatak semakin manja. Nama Klatak pun semakin dikenal. Banyak orang dari daerah luar berkunjung ke pantai Klatak atau sekedar ingin menikmati indahnya jalan baru. Maka terjadi perubahan secara drastis terhadap segala kondisi masyarakat tersebut. Perekonomian meningkat dari mskin menjadi kaya. Kondisi bangunan rumah pun yang awalnya hanya berupa rumah kayu menjadi rumah modern. Keluarga yang memiliki anak pun disekolahkan di luar daerah. Masyarakat semakin disibukkan oleh aktivitas melayani tamu-tamu yang datang berwisata. Dalam bidang agama, perubahan justru terjadi berbalik drastis. Masyarakat dari memiliki kesadaran beragama yang tinggi menjadi benar-benar lemah bahkan hampir hilang. Inilah yang menjadi masalah. Menurut Karyono, masjid semakin sepi. Dari 25 kepala keluarga yang biasanya hampir 100 % salat berjamaah di masjid, kini yang benar-benar aktif hanya 2 orang. Itu pun hanya salat Subuh, Maghrib dan Isya. Saat salat Duhur dan Asar kadang-kadang 2 orang tersebut masih salat berjamaah di masjid. Begitu pula saat ramadhan tiba hanya beberapa gelintir yang menjalankan ibadah puasa. Saat salat Jumat justru yang hadir adalah orang dari luar daerah yang kebetulan wisata di Klatak. Ketika penyuluh Agama Islam datang sudah tidak lagi menjadi prioritas. Jika dulu penyuluh selalu disambut kedatangannya dengan antusias, kini penyuluh hanya bisa datang pada malam hari dan itu bukan malam Sabtu dan Minggu. Warga yang datang mengikuti pembinaan pun juga hanya beberapa orang. Misdi ketika diwawancarai membenarkan kondisi tersebut. Dia sendiri pada awalnya sangat rajin ke masjid mengikuti pembinaan dan salat berjamaah. Bahkan saking inginnya dia memiliki anak shalihah, maka cita-citanya adalah menyekolahkan anaknya ke Madrasah Ibtidaiyah. Namun, dia mulai merasa semakin berat datang dan salat di masjid karena pekerjaannya sebagai nelayan dan juga melayani tamu-tamu wisata semakin padat. Lebih memprihantinkan lagi, dia mengatakan juga semakin berat melaksanakan salat lima waktu meski hanya salat sendiri di rumah. Inilah yang menjadi alasan utama mengapa penelitian ini perlu dilakukan. Ada pertanyaan penting yang menggugah ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian di kampung tersebut, yakni mengapa bisa terjadi perubahan secara drastis pada masyarakat tersebut, padahal sebelumnya mereka tampak menjalankan ibadah agama secara baik. Pertanyaan tersebut akhirnya membuahkan judul dalam penelitian ini, yaitu : PERGESERAN KESADARAN BERAGAMA MASYARAKAT KAMPUNG NELAYAN (Studi Kasus di Dusun Klatak Desa Keboireng Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung).

Item Type: Experiment
Subjects: Kebudayaan Islam
Kesejahteraan Sosial
Divisions: Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan > Manajemen Pendidikan Islam
Karya Dosen
Depositing User: 197305072000032001 Dr.Nurul Hidayah, M.Ag.
Date Deposited: 08 May 2023 02:16
Last Modified: 08 May 2023 02:16
URI: http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/33976

Actions (login required)

View Item View Item