Kritik terhadap Argumen Anti Hermeneutika Al-Qur'an

SALAMAH NOORHIDAYATI, 197401241999032002 (2015) Kritik terhadap Argumen Anti Hermeneutika Al-Qur'an. IAIN Tulungagung, Yogyakarta. ISBN 978-602-1090-60-2

[img] Text
kritik terhadap argumen anti hermeneutika al-quran.pdf

Download (28MB)

Abstract

Setidaknya ada dua kelompok di dalam menyikapi aplikasi hermeneutika terhadap al-Qur’an. Pandangan yang paling dominan adalah pandangan yang menolak hermeneutika sebagai pelengkap ilmu tafsir karena berbagai alas an. Pandangan dan argumen penolakan ini perlu disikapi secara kritis karena -dapat dikatakan- menyederhanakan persoalan hermeneutika, sekaligus mengabaikan fakta tentang manfaat yang besar hermeneutika untuk membuka cakrawala metode penafsiran yang ada, mengurangi klaim kebenaran sepihak oleh kelompok tertentu tentang suatu pemahaman di satu sisi dan membantu untuk melakukan kontekstualisasi al-Qur’an bagi masa kini secara maksimal, di sisi lain. Tujuan akhir ini kurang mendapat perhatian dari kelompok anti hermeneutika. Kelemahan ini bisa membawa kepada stagnasi pemikiran dalam Islam serta akan mematikan kreatifitas penafsiran yang shalih likulli zaman wa makan. Karena itu terhadap argument kelompok penolak hermeneutika perlu diberikan kritik obyektif filosofis atas nama ilmu pengetahuan yang semakin memerlukan dialektika ilmu-ilmu menuju perspektif yang integratif. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana konstruksi argumen penolakan kelompok anti hermeneutika terhadap al-Qur’an dan bagaimana kritik filosofis diberlakukan terhadap argumen kelompok anti hermeneutika al-Qur’an tersebut? Dari uraian di atas ditemukan jawaban sebagai berikut: Pertama, argumen kelompok anti hermeneutika al-Qur’an dibangun atas asumsi teologis, epistemologis-historis, dan metodologis. Asumsi teologis yang dipakai adalah: al-Qur’an tidak sama dengan teks lainnya; al-Qur’an adalah kalamullah yang otentik dan terpelihara dari kesalahan. Ia bukan produk budaya. Al-Qur’an diyakini berbeda dengan Bibel yang mengandung banyak kesalahan. Karenanya, hermeneutika bisa diterapkan ke dalam Bibel dan tidak bisa terhadap al-Qur’an. Asumsi epistemologis-historis yang dipakai adalah: bahwa hermeneutika merupakan produk Barat Yahudi Kristen yang tidak boleh dipakai untuk menafsirkan al-Qur’an. Hermeneutika adalah barang baru yang dimasukkan ke dalam pemikiran umat Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Asumsi metodologis yang dipakai adalah bahwa metode tafsir al-Qur’an bersifat baku dan memiliki aturan hirarkhi khusus. Karena menggunakan metode yang baku, maka hasilnya lebih meyakinkan dibandingkan dengan hasil dari hermeneutika yang relatif. Hermeneutika mengandaikan sesuatu yang tidak baku dan menghasilkan pemahaman yang relatif. Kedua, Kritik terhadap argumen anti hermeneutika didasarkan pada beberapa perspektif filosofis. Pertama, secara ontologis, hermeneutika, sekalipun lahir dan berkembang di Barat, memiliki akar historis dalam keilmuan al-Qur’an seperti Ta’wil, ilmu asbab al-nuzul, ilmu nasikh-mansukh, ilmu muhkam-mutasyabih, ilmu Ushul Fikih, Kaidah Fiqhiyyah, tafsir bil-ra’y, tafsir ‘ilmi, tafsir adabi ijtima’i, tafsir sufi, tafsir falsafi, tafsir maudhu’i yang diperluas dan lain-lain termasuk ilmu-ilmu sejarah, sosial budaya dan humanistik.Secara obyektif, wilayah yang menjadi medan garap hermeneutika bukanlah al-Qur’an dalam level wahyu terucap apalagi kalamullah. Ia bergerilya di medan teks al-Qur’an berbahasa Arab sebagai bagian sistem bahasa dalam budaya. Ketika ditulis dalam bahasa manusia, khususnya bahasa Arab dialek Quraish, maka pesan Tuhan telah terbelenggu ke dalam teks yang berbahasa Arab itu. Sejak saat itu, ia tunduk kepada aturan-aturan yang bersifat kebahasaan sebagai hasil konstruksi budaya masyarakat Arab. Studi intensif mengandaikan perlunya pembedaan antara Kalamullah, wahyu terucap dan teks tertulis (mushaf al-Qur’an). Kedua, secara epistemologis, asal usul hermeneutika memang dari Barat, namun ia juga memiliki akar yang inheren dalam khazanah ilmu al-Qur’an dalam bentuk yang diperluas. Sekalipun ia dari Barat, bisa dinyatakan bahwa Barat bukanlah sifat yang melekat secara taken for granted terhadap nilai-nilai negatif dan kerusakan. Tidak semua yang datang dari barat bernilai negatif dan tidak fungsional. Banyak nilai positif yang bisa dikembangkan dari peradaban barat. Secara obyektif diakui bahwa peradaban Barat juga mengambil ajaran dari warisan Islam. Secara aksiologis, studi al-Qur’an dengan menolak hermeneutika mungkin jatuh dalam sakralisasi dan stagnasi pemikiran Islam. Hermeneutika membantu metode tafsir klasik baku dengan perluasan horizon pembaca masa kini agar pesan Tuhan di masa lalu menjadi bermakna dan fungsional bagi pembaca hari ini. Ada kemungkinan jatuh dalam subyektifitas palsu ketika hermeneutika tidak didasarkan pada asumsi-asumsi pembaca yang jelas dan tegas demi kemaslahatan bersama. Subyektifitas bisa dikurangi dengan menggabungkan sekian horizon, praduga, “kepentingan” dan asumsi metodologis yang secara rasional diterima oleh manusia secara umum. Ketiga, hermeneutika memberikan ruang dan kesempatan seluas-luasnya bagi pengembangan metode tafsir yang baru. Dalam ranah studi al-Qur’an hermeneutika mengandaikan keharusan rekonstruksi yang terus menerus terhadap pemikiran dan pemahaman terhadap seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang berdimensi kemanusiaan: sosial budaya. Hermeneutika juga meniscayakan adanya kemungkinan metode interkonektif-integratif dan hasil yang multi tafsir terhadap pemahaman manusia terkait ayat-ayat al-Qur’an. Perbedaan pemahaman ini menjadi mungkin karena hermeneutika memandang setiap penafsiran bersifat relatif karena dibangun atas asumsi-asumsi pengetahuan yang manusiawi. Hermeneutika sangat penting untuk menyelesaikan problem teks masa lalu bagi reader teks masa kini dengan mendialogkan teks, konteks masa lalu dengan reader dan konteks masa kini. Hermeneutika menghidupkan semangat fungsionalisasi al-Qur’an demi kemaslahatan manusia masa lalu dan masa kini. Pengembangan metode interpretasi, termasuk hermeneutika mesti didasarkan pada eksperimentasi yang sistematis, metodologis, dan berkelanjutan.

Item Type: Book
Subjects: Agama
Agama > Al Quran
Buku
Penelitian Dosen
Agama > Tafsir Quran
Divisions: Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah > Ilmu Al-Quran Dan Tafsir
Depositing User: Dr 197402131999031002 Ahmad Zainal Abidin
Date Deposited: 04 May 2023 09:10
Last Modified: 04 May 2023 09:10
URI: http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/35026

Actions (login required)

View Item View Item