Rizal Fatkur Rochimin, 2831133047 (2018) Pemahaman Hadis tentang Kebolehan dan Larangan Tertawa Perspektif Psikologi. [ Skripsi ]
|
Text
COVER.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (518kB) | Preview |
|
|
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (177kB) | Preview |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (664kB) | Preview |
|
|
Text
BAB II.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
BAB III.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
BAB IV.pdf Download (754kB) | Preview |
|
|
Text
BAB V.pdf Download (182kB) | Preview |
|
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (377kB) | Preview |
Abstract
Skripsi ini berjudul “Pemahaman Hadis tentang Kebolehan dan Larangan Tertawa Perspektif Psikologi” ditulis oleh Rizal Fatkur Rochimin dan dibimbing oleh Dr. Salamah Noorhidayati , M.Ag dan Dr. M. Muntahibun Nafis, M.Ag Kata Kunci: Tertawa, Psikologi, Mukhtalif al-H{adi>s Ada sikap pro-kontra terhadap tertawa. Hal ini terlihat pada redaksi hadis ataupun psikologi yang membolehkan ataupun melarang tertawa. Hadis rasul banyak yang menunjukkan sikap rasul yang mudah tertawa namun dalam redaksi hadis qauliyah banyak larangan-larangan tertawa. Demikian pula dengan psikologi. Satu sisi menganjurkan untuk tertawa, namun disisi lain banyak orang yang bermasalah karena tertawa. Dari latar belakang masalah tersebut dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana konteks perbedaan hadis kebolehan dan larangan tertawa? 2) Bagaimana relasi antara kebolehan dan larangan tertawa dengan Psikologi? 3) Bagaimana dampak tertawa bagi manusia 4) Bagaimana hikmah kebolehan dan larangan tertawa? Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (Library Research) dengan sumber primer Kutub at-Tis’ah dan sumber sekunder yakni sumber referensi yang berhubungan dengan tema terkait, baik buku, karya ilmiah, internet, dan sumber tertulis lainnya. Metode analisisnya menggunakan metode Ma’anil Hadi>s\ dengan pendekatan Psikologi. Penelitian ini menyimpulkan 1) Kebolehan tertawa Rasulullah yakni dalam konteks tertawa Rasulullah yang beralasan dan menimbulkan kebahagiaan pada setiap orang yang ada disekelilingnya. Sedangkan larangan tertawa dikaitkan dengan konteks dengan sejarah Nabi Muhammad saw yang sering dicaci dan diremehkan ketika berdakwah. 2) Relasi hadis dan Psikologi yakni hadis memberikan landasan normatif dari sikap tertawa sedangkan Psikologi memberikan penjelasan yang sifatnya implikatif. 3) Tertawa mempunyai dampak positif dan negatif baik secara fisik maupun psikis. 4) Hikmah kebolehan dan larangan tertawa yakni menambah keimanan terhadap Allah. Sebab segala sesuatu yang “banyak atau berlebihan” dibenci Allah. Tertawa yang indah adalah tersenyum. Hal itu mengikuti tabi’at rasulullah dan tentunya bernilai ibadah yang dibalas berupa pahala.
Item Type: | Skripsi |
---|---|
Subjects: | Agama |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah > Ilmu Al-Quran Dan Tafsir |
Depositing User: | S.Ag 2831133047 Rizal Fatkur Rochimin |
Date Deposited: | 04 Jan 2018 06:39 |
Last Modified: | 04 Jan 2018 06:39 |
URI: | http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/7110 |
Actions (login required)
View Item |