MUHAMMAD MU’AWAN SHOHIHI, 1732143022 (2018) METODE DAKWAH SPIRITUAL NAHDLATUL ULAMA DALAM TRADISI-BUDAYA JAWA (Studi Tokoh Nahdlatul Ulama Kalidawir). [ Skripsi ]
Text
COVER.pdf Download (1MB) |
||
Text
ABSTRAK.pdf Download (656kB) |
||
|
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (163kB) | Preview |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (245kB) | Preview |
|
|
Text
BAB II.pdf Download (188kB) | Preview |
|
|
Text
BAB III.pdf Download (182kB) | Preview |
|
|
Text
BAB IV.pdf Download (309kB) | Preview |
|
|
Text
BAB V.pdf Download (209kB) | Preview |
|
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (145kB) | Preview |
Abstract
ABSTRAK Skripsi ini ditulis oleh Muhammad Mu’awan Shohihi, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, NIM 1732143022, Pembimbing Skripsi Dr. Ngainun Naim, M.HI dan Dr. Teguh, M.Ag., dengan judul “Metode Dakwah Spiritual Nahdlatul Ulama dalam Tradisi-Budaya Jawa, Studi Tokoh Nahdlatul Ulama Kalidawir”. Konteks penelitian pada skripsi ini yaitu adanya tradisi-budaya Jawa pada masyarakat yang masih kental dengan spiritual dan mistis, seperti Genduren (Genduri), Tahlilan, dan Ziarah Kubur. Berangkat dari hal tersebut, bagaimana sikap dari Nahdlatul Ulama untuk melestarikan dan merawat tradisi peninggalan Wali Songo sebagai proyeksi dakwah di kalangan masyarakat. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: 1) Mengapa Nahdlatul Ulama berperan penting dalam tradisi spiritual di Jawa ?, 2) Bagaimana spiritual Nahdlatul Ulama dalam dakwah tradisi-budaya di Kalidawir ? Tujuan daripada skripsi ini yaitu untuk menjaga kearifan lokal tradisi budaya peninggalan Wali Songo khususnya dari kalangan Nahdlatul Ulama, sebagai metode dakwah yang relevan dalam menyampaikan paham keislaman yang terkandung dalam tradisi-budaya tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian etnografi. Pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi partisipasi, metode wawancara mendalam, dan dokumentasi. Adapun data yang terkumpul dianalisis melalui tahapan: 1) Reduksi Data, 2) Display Data, 3) Verifikasi dan kesimpulan. Temuan dan Hasil penelitian; Meluasnya Islam di tengah masyarakat Indonesia dipelopori oleh berbagai tradisi Islam Jawa yang terkait dengan siklus kehidupan tersebut, kemudian berkembang hampir ke seluruh pelosok tanah air, bahkan Asia Tenggara, di mana komunitas orang-orang muslim Jawa juga berkembang. Ajaran Islam justru menjadi kuat ketika ia telah mentradisi dan membudaya di tengah kehidupan masyarakat. Mengenai penyebaran Islam di jawa para Wali Songo (sembilan wali) memakai “Sistem Halus”. Istilah Islam di tanah Jawa sedikit berbeda dengan yang lain, tapi bukan untuk mengubah doktrin syari’at Islam, melainkan hanya ingin mencari cara bagaimana melabuhkan Islam dalam konteks tradisi-budaya masyarakat yang beragam, sebagaimana yang di jalankan oleh pendahulu kita Wali Songo. Dijelaskan bahwa syi’ar Islam pada prinsipnya selalu menyikapi tradisi lokal masyarakatnya, yang sebagian di antaranya dipadukan menjadi bagian dari tradisi Islami. Prinsip itu didasarkan atas suatu kaidah ushulliyah, yang berbunyi; “Menjaga nilai-nilai lama yang baik, sembari mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik”.Salah Satu Ormas (organisasi masyarakat) yang mewarisi metode dakwah Wali Songo yaitu dari kalangan Nahdlatul Ulama, dengan menerapkan konsep At Tasamuh (Toleran), Al-Tawasuth (Moderat), Al-Tawazun (Seimbang), tetapi tetap tegak dalam kepribadian Islam Al-Iktidal. Dengan konsep tersebut Nahdlatul Ulama juga mensyi’arkan agama Islam lewat tradisi-budaya kedalam komunitas komunitas pelosok (abangan), dan bahkan agama lain. Berdasarkan dari nilai nilai positif yang terkandung dalam tradisi-budaya, juga diajarkan paham mengenai keIslaman, dengan membaca kalimat syahadat, mengagungkan nama Allah Swt, Sholawat Nabi, serta ajaran untuk membangun silaturrahmi dan sedekah. Hal tersebut mengandung Spiritualisme yang sangat tinggi, (Tasawuf Akhlaq), (Tasawuf Jawa), dan (Tasawuf Sosial). Seperti yang sudah dibahas oleh para tokoh sejarah Islam Jawa, bahwa Islam datang di tanah Jawa bukan hanya menyebarkan paham Islam saja, tapi juga merawat tradisi-budaya di tanah Jawa dengan mengganti yang negatif ke ranah yang lebih positif, dapat diambil contoh genduren “genduri” sebelum Islam masuk itu hasil karya Hindu-Budha, dengan ritual tumpeng, dengan dikelilingi wanita yang telanjang, kemudian minumannya arak serta makanan daging manusia. Islam masuk di tanah Jawa zaman Wali Songo menyempurnakan kedalam tradisi spiritual yang lebih positif, tumpeng tetap ada, minuman diganti menjadi kopi-teh, perempuan tidak diperkenankan ikut karena dapat mengundang syahwat, serta bacaan memanggil dayangan-dedemit di rubah menjadi Tahlil, agar lebih “Islami” bukan masuk dalam syari’at Islam, tapi dalam unsur yang“Islami”. Kata Kunci: Dakwah Islam, Spiritual Jawa, Tradisi Nahdlatul Ulama
Item Type: | Skripsi |
---|---|
Subjects: | Kebudayaan Islam |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah > Filsafat Agama |
Depositing User: | MUHAMMAD MU’AWAN SHOHIHI 1732143022 |
Date Deposited: | 07 Sep 2020 06:45 |
Last Modified: | 07 Sep 2020 06:45 |
URI: | http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/16334 |
Actions (login required)
View Item |