Analyzing Court Decisions On Interfaith Marriage: A Maqāṣid Al-Sharīʼah Perspective

ALLYSA NOVITA PUTRI, 12102193052 and Iffatin Nur, 197301111999032001 (2022) Analyzing Court Decisions On Interfaith Marriage: A Maqāṣid Al-Sharīʼah Perspective. ULUL ALBAB: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam, 6 (1). pp. 27-38. ISSN p-ISSN: 2597-6168 e-ISSN: 2697-6176

[img] Text
analyzing court decisions on interfaith marriage.pdf

Download (751kB)
Official URL: https://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ua/article...

Abstract

The purpose of this study is to analyze the court's decision on interfaith marriage, namely the decision number 916/Pdt.P/2022/PN.Sby and number 71/Pdt.P/2017/PN.Blah. This research uses qualitative methods with a juridical normative approach. The data in this study is digital data. The results of this study show a different interpretation of Article 2 paragraph (1) of the Marriage Law. The Surabaya District Court's decision interpreting Article 2 paragraph (1) of the Marriage Law as a religious difference is not a prohibition to hold a marriage. There was a legal vacuum that caused judges to use the explanation of Article 35 (a) of the Population Administration Law to allow interfaith marriages and Article 10 paragraph (3) of PP No. 9 of 1975 to provide a basis for the implementation of interfaith marriages. The decision of the Blora District Court interprets Article 2 paragraph (1) to consider the validity of marriage based on the religion of each applicant. The results of the analysis based on the theory of maqāṣid al-sharī’ah initiated by Jamaluddin Athiyah showed that the decision of the Surabaya District Court was not guarded while the decision of the Blora District Court showed guard. Analysis based on the methodology of Islamic law, maqāṣid al-sharī'ah initiated by Jasser Auda shows that both decisions do not fully meet the standards of the system approach. [Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penetapan pengadilan tentang perkawinan beda agama yaitu penetapan nomor 916/Pdt.P/2022/PN. Sby dan nomor 71/Pdt.P/2017/PN. Bla. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan normatif yuridis. Data dalam penelitian ini merupakan data digital. Hasil penelitian ini menujukkan adanya perbedaan penafsiran akan Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan. Penetapan Pengadilan Negeri Surabaya menafsirkan Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan sebagai perbedaan agama bukanlah larangan untuk melangsungkan perkawinan. Sehingga terjadi kekosongan hukum yang menyebabkan hakim menggunakan penjelasan Pasal 35 (a) UU Administrasi Kependudukan untuk mengizinkan perkawinan beda agama dan Pasal 10 ayat (3) PP No. 9 Tahun 1975 untuk memberikan dasar pelaksanaan perkawinan beda agama. Penetapan Pengadilan Negeri Blora menafsirkan Pasal 2 ayat (1) untuk mempertimbangkan keabsahan perkawinan berdasarkan agama masing-masing pemohon. Hasil analisis berdasarkan teori , maqāṣid al-sharī'ah yang digagas oleh Jamaluddin Athiyah menunjukkan penetapan dari Pengadilan Negeri Surabaya tidak ada penjagaan sedangkan penetapan dari Pengadilan Negeri Blora menunjukkan penjagaan. Analisis berdasarkan metodologi hukum Islam, maqāṣid al-sharī'ah yang digagas oleh Jasser Auda menunjukkan kedua penetapan tidak sepenuhnya memenuhi standar system approach tesebut.]

Item Type: Article
Subjects: Agama
Peradilan Islam
Peradilan Islam > Perkawinan
Divisions: Karya Dosen
Depositing User: Iffatin 197301111999032001 Nur
Date Deposited: 14 Oct 2024 01:48
Last Modified: 14 Oct 2024 01:48
URI: http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/46626

Actions (login required)

View Item View Item