ANALISIS MAKNA TRADISI MAYANGI DALAM KONSEP MEMILIKI ANAK GANJIL

JENIVENDIA ELVINDI INTANIA, 126302202027 (2024) ANALISIS MAKNA TRADISI MAYANGI DALAM KONSEP MEMILIKI ANAK GANJIL. [ Skripsi ]

Text ANALISIS MAKNA TRADISI MAYANGI DALAM KONSEP MEMILIKI ANAK GANJIL.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB)

Abstract

Memiliki anak ganjil dipercaya akan adanya ketidaksempurmaan yang mengakibatkan sering mendapatkan malapetaka. Tradisi mayangi dipercaya sebagai salah satu cara untuk membebaskan diri dari malapetaka. Tradisi ini memiliki keunikan karena anak yang telah dimayangi akan dianggap anak dalang jika tidak ditebus oleh orangtuanya dan untuk penebusan anak ganjil ini cenderung lebih sedikit yang mana hal ini belum banyak masyarakat tahu khususnya di desa Tlemang, Ngimbang, Lamongan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang analisis makna tradisi mayangi dalam konsep memiliki anak ganjil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah kualitatif deskriptif dengan teori fenomenologi Edmund Husserl. Fenomenologi Edmund Husserl digunakan sebagai analisis makna dalam penelitian ini. Dengan ini kesadaran informan dikupas dan digali secara mendalam. Dalam pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan wawancara kepada dalang mayangi, tokoh masyarakat, dan pelaku mayangi. Sehingga hasil temuan penelitian menunjukkan 1). Anak yang telah dimayangi harus ditebus karena ditakutkan anak tersebut tidak berbakti kepada orangtuanya. 2). Penebusan anak ini dilakukan sebagai ganti rugi dalang atau sebagai jasa dalang. 3). Penebusan bagi yang memiliki anak ganjil lebih sedikit. 4). Dalam penebusan anak ganjil ini tergantung dalang dan pengaruh faktor ekonomi. Kata Kunci: Tradisi Mayangi, Makna, dan Edmund Husserl

Actions (login required)

View Item