MOSALIA SEPTIARRIJAL, 126307202067 (2024) EKSISTENSI REYOG PONOROGO TAHUN 1950-1990. [ Skripsi ]
![]() |
Text
COVER.pdf Download (1MB) |
![]() |
Text
ABSTRAK.pdf Download (420kB) |
![]() |
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (419kB) |
![]() |
Text
BAB I.pdf Download (338kB) |
![]() |
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (329kB) |
![]() |
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (603kB) |
![]() |
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (297kB) |
![]() |
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (300kB) |
![]() |
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (177kB) |
Abstract
Penelitian ini membahas eksistensi Reyog Ponorogo selama periode 1950- 1990. Penelitian ini berfokus pada tiga aspek utama: dominasi partai politik di Ponorogo pada tahun 1950-1970; proses kebangkitan dan perkembangan Reyog pasca-peristiwa G 30 S tahun 1965 hingga 1990; serta peran pemerintah dan masyarakat dalam melestarikan Reyog. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sosial politik sementara metode yang digunakan adalah metode Sejarah, terdapat lima Langkah metode penelitian pertama, penentuan topik kedua, pengumpulan sumber data ketiga, verifikasi data keempat, interpretasi dan kelima, penulisan sejarah. Hasil dari penelitian ini pertama, pada tahun 1950-1965 Reyog Ponorogo digunakan oleh partai Politik untuk mencari massa, di Ponorogo ada tiga partai yang mendominasi yaitu PKI,NU dan PNI. Dari ketiga partai tersebut PKI yang paling mendominasinya hingga tahun 1965 sebelum kejadian pemberontakan yang dilakukan PKI. Akibat dari pemberontakan PKI Reyog Ponorogo mengalami vakum selama tiga tahun. Kedua, bangkitnya kesenian Reyog pada tahun 1969 dimana Reyog Kembali tampil pada PON di Surabaya lalu berdirinya organisasi Insan Takwa Illahi (INTI) yang mengubah konotasi Reyog Ponorogo menjadi bernuansa Islam setelah itu Masyarakat jadi tidak takut lagi mementaskan Reyog, setelah bangkit lalu perkembangan reyog berlanjut mulai dari perubahan penari Jathil dari laki-laki ke perempuan, masuknya tari Warok dalam pementasan Reyog dan lahirnya Reyog Festival. Ketiga, peran masyarakat dan pemerintah dalam melestarikan Reyog. Masyarakat Ponorogo sering kali dalam berbagai acara baik itu pribadi maupun pemerintahan mementaskan Reyog Ponorogo serta peran Pemerintah menetaptak semboyan REOG yang artinya Resik Endah Omber Girang gemirang membuat Ponorogo semakin dikenal dengan “Bumi Reog” bukan hanya itu Festival Nasional Reyog Ponorogo yang setiap tahun di selenggarakan oleh pemerintah daerah Ponorogo dan Pembangunan tugu Reyog di perbatasan baik kota maupun desa dan kecemtan juga mempertegas bahwa Ponorogo adalah tempat lahirnya kesenian Reyog. Kata kunci: Reyog Ponorogo, Warok, Politik.
Item Type: | Skripsi |
---|---|
Subjects: | Sejarah Peradaban Islam |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah > Sejarah Peradaban Islam |
Depositing User: | 126307202067 MOSALIA SEPTIARRIJAL |
Date Deposited: | 07 May 2025 06:54 |
Last Modified: | 07 May 2025 06:54 |
URI: | http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/57080 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |