TEGAR AHMAD FIRMANSYAH, 126301212058 and AHMAD ZAINAL ABIDIN, 1974021319990311002 (2025) PERAN MU’ĀSYARAH BIL MA‘RŪF DALAM MEMBANGUN KELUARGA BAHAGIA: PERSPEKTIF TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBĀH. [ Skripsi ]
![]() |
Text
COVER.pdf Download (603kB) |
![]() |
Text
ABSTRAK.pdf Download (218kB) |
![]() |
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (327kB) |
![]() |
Text
BAB I.pdf Download (455kB) |
![]() |
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (468kB) |
![]() |
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (280kB) |
![]() |
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (590kB) |
![]() |
Text
BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (485kB) |
![]() |
Text
BAB VI.pdf Restricted to Registered users only Download (261kB) |
![]() |
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (231kB) |
![]() |
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (374kB) |
Abstract
Skripsi dengan judul “Peran Mu’āsyarah bil Ma‘rūf dalam Membangun Keluarga Bahagia: Perspektif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Mishbāh” ini ditulis oleh Tegar Ahmad Firmansyah, NIM 126301212058, dengan pembimbing Prof. Dr. Ahmad Zainal Abidin, M.A. Kata Kunci: Mu’āsyarah bil Ma‘rūf , Studi Komparatif, Tafsir Al-Azhar, Tafsir Al-Mishbāh Mu’āsyarah bil Ma‘rūf sebagai asas kebahagiaan dalam mewujudkan keluarga harmonis. Sebagai pasangan harus saling memperhatikan dan menerapkan hak dan kewajiban masing-masing agar tercipnya keluarga yang damai. Dalam hal ini, ada beberapa perbedaan penafsiran tentang mu’āsyarah bil ma‘rūf dan unsur-unsur didalamnya. Perbedaan tersebut ditunjukkan oleh Buya Hamka dalam tafsir al-Azhar dan Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbāh. Dalam tafsir Al-Azhar Buya Hamka menjelaskan apa saja yang membuat suami istri dapat bekerja sama dengan baik, yaitu suami istri harus saling menjaga kehormatan, menjalankan hak nafkah, bertanggung jawab, dan meluangkan waktu untuk mengambil keputusan penting dalam rumah tangga, termasuk keuangan dan hal-hal penting lainnya. Sedangkan Quraish Shihab dalam tafsir Al-Mishbāh menekankan pada pergaulan seorang suami dengan istri secara baik (ihsan), dengan berinteraksi menggunakan kalimat yang tidak menyakiti perasaannya, dan tidak mengganggu, atau memaksa. Tulisan ini memiliki beberapa permasalahan atau rumusan masalah yang diteliti oleh penulis, yaitu pertama, bagaimana unsur-unsur mu’āsyarah bil ma‘rūf dalam membangun keluarga bahagia perspektif tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbāh?. Kedua, bagaimana perbandingan mu’āsyarah bil ma‘rūf dalam penafsiran tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbāh?. Ketiga, apa relevansi mu’āsyarah bil ma‘rūf dalam membentuk keluarga bahagia?. Sedangkan tujuan penelitian ini guna untuk menjelaskan dan menguraikan lebih dalam mengenai penafsiran ayat tentang “Mu’āsyarah bil Ma‘rūf ” menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar dan Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbāh. Jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka (library research), yaitu penelitian yang cara memperoleh datanya dilakukan dengan cara menghimpun data dari berbagai literatur. Metode yang digunakan penulis adalah metode muqoron, yakni dengan membandingkan penafsiran antara Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Mishbāh untuk menguraikan bagaimana unsur-unsur mu’āsyarah bil ma‘rūf dalam kehidupan keluarga. Kesimpulan dari rumusan masalah yang telah ditulis adalah, pertama dalam Tafsir al-Azhar ada empat unsur untuk menuju mu’āsyarah bil ma‘rūf yaitu dengan memilih pasangan dan prinsip sederajat, hak nafkah, relasi seksual, dan mu’āsyarah dalam relasi kemanusiaan. Sedangkan dalam Tafsir al-Mishbāh dituliskan dua unsur untuk menuju mu’āsyarah bil ma‘rūf yaitu dengan tidak mengganggu dan memaksa, serta berbuat ihsan (mawaddah). Kedua, yaitu perbandingan yang dihasilkan oleh peneliti antara tafsir al-Azhar dan tafsir al-Mishbāh memiliki kesamaan dan perbedaan dalam menafsirkan makna mu’āsyarah bil ma‘rūf . Dalam tafsir al-Azhar dituliskan bahwa untuk mencapai keluarga bahagia seorang pasangan harus memahami kedua hak dan kewajiban masing-masing dengan mengamalkan unsur-unsur yang telah ditulis di atas, serta keduanya harus saling memperlakukan dengan baik. Sedangkan dalam tafsir al-Mishbāh dijelaskan bahwa dalam kehidupan keluarga harus terciptanya hubungan yang baik, yaitu dengan tidak memperlakukan pasangan dengan semaunya dengan kata lain tidak memaksa dan dituliskan juga harus mengedepankan sikap ihsan terhadap suami ataupun istri. Ketiga, relevansi yang dihasilkan oleh penulis yaitu dari unsur-unsur yang telah dijelaskan oleh kedua tafsir tersebut adalah dalam hubungan keluarga selain saling memahami satu sama lain, perlu adanya sikap mu’āsyarah bil ma‘rūf atau pergaulan yang baik dengan mengambil berbagai unsur-unsur didalamnya, yang mana unsur-unsur tersebut telah dituliskan dalam kedua tafsir yang telah disebutkan diatas. Maka dengan itu, dalam mewujudkan keluarga bahagia diperlukan konsep mu’āsyarah bil ma‘rūf sebagai langkah menuju kebaikan atau yang biasa disebut keharmonisan.
Item Type: | Skripsi |
---|---|
Subjects: | Agama > Tafsir Quran |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah > Ilmu Al-Quran Dan Tafsir |
Depositing User: | 126301212058 TEGAR AHMAD FIRMANSYAH |
Date Deposited: | 17 Oct 2025 01:36 |
Last Modified: | 17 Oct 2025 01:36 |
URI: | http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/63270 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |