Rifchatullaili, 1732143028 (2018) KEPEMILIKAN KERIS BAGI KALANGAN MASYARAKAT PESANTREN (SANTRI) DI TULUNGAGUNG. [ Skripsi ]
|
Text
COVER.pdf Download (1MB) | Preview |
|
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (233kB) | Preview |
|
|
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (159kB) | Preview |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (335kB) | Preview |
|
|
Text
BAB II.pdf Download (259kB) | Preview |
|
|
Text
BAB III.pdf Download (467kB) | Preview |
|
|
Text
BAB IV.pdf Download (162kB) | Preview |
|
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (217kB) | Preview |
Abstract
Skripsi dengan judul “Kepemilikan Keris Dalam Kalangan Masyarakat Pesantren (Santri) di Tulungagung”, ini ditulis oleh Rifchatullaili, Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, NIM 1732143028, Pembimbing Dr. Maftukhin, MA., dan Dr. Ngainun Naim, M.HI. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh salah satu fenomena kebudayaan Jawa yang melekat menjadi suatu identitas orang Jawa yaitu ‘kepemilikan’ keris. Namun fenomena ‘kepemilikan’ keris sering disalahfahami oleh sebagaian masyarakat Jawa sendiri. Kesalahfahaman tersebut berdasar bahwa ‘keris’ identik dengan ‘mistik’. Mistik sendiri difahami sebagai praktik spiritual yang tidak sesuai ajaran-ajaran agama. Kepemilikan keris dianggap hanya bagi mereka –yang diduga dari kalangan non agamis (abangan) karena ‘konotasi negatif’ yang melekat. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: 1.) Bagaimana makna kepemilikan dan kehadiran keris sebagai identitas serta warisan budaya (senjata) bagi orang Jawa, 2.) Adakah indikasi hubungan kepemilikan keris dengan varian agama Jawa utamanya ‘abangan’ dan ‘santri’, 3.) Bagaimana kalangan ‘santri’ memaknai kepemilikan keris bagi orang Jawa. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian antropologi-etnologi (antro-etno) dan kerisologi. Pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi partisipasi, metode wawancara mendalam, kajian literatur (library research) dan dokumentasi. Adapun data yang terkumpul dianalisis melalui tahapan: 1) Reduksi Data, 2) Display Data, 3) Verifikasi dan Simpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1.) Keris tidak bila terlepas dari segala aktifitas kebudayaan Jawa. Keris merupakan identitas dan warisan budaya Jawa. Keris merupakan identitas sekaligus warisan budaya –Jawa utamanya. Keris menjadi pelengkap atribut segala tradisi (lakon) masyarakat Jawa. 2.) Keris dan mistik ‘kejawen’ saling terikat satu sama lain. Hal ini berdampak pada kepemilikan keris juga terkait dengan dua varian agama Jawa, ‘abangan’ dan ‘santri’. Keris yang identik dengan mistik, sering disalahfahami oleh sebagian masyarakat Jawa, Islam utamanya sebagai budaya bagi orang-orang non agamis. Non agamis disini merujuk pada kalangan ‘abangan’. Keris bagi orang Jawa sendiri sesungguhnya adalah sebagai identitas budaya bangsa yang tidak bisa dilepaskan dari segala aktifitas kebudayaan Jawa. 3.) Pada praktisnya, kepemilikan keris tidak hanya bagi kalangan ‘abangan’. Kalangan masyarakat pesantren atau orang-orang agamis (santri) juga memiliki budaya ‘kepemilikan’ keris tersebut. Fungsi dan makna kepemilikan keris menyesuaikan bagaimana seseorang menilainya. Terlepas dari ‘konotasi’ negatif yang melekat, keris merupakan identitas dan warisan budaya Jawa yang perlu dijaga dan dilestarikan. Konotasi negatif pada kepemilikan keris timbul karena kesalahfahaman masyarakat dalam memahami fungsi dan makna adanya keris itu sendiri. Kepemilikan keris tidak berdasarkan pada siapa dan darimana kalangan calon pemiliknya, melainkan seberapa mampukah calon pemilik menebusnya. Keris membentuk tatanan sosialnya sendiri. Keris dapat dimiliki siapapun tergantung kemampuan calon pemilik untuk memilikinya. Kata Kunci: Abangan; Kejawen; Keris; Mistik; Santri.
Item Type: | Skripsi |
---|---|
Subjects: | Kebudayaan Islam Pengembangan Masyarakat Islam |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah > Filsafat Agama |
Depositing User: | SKRIPSI 1732143028 RIFCHATULLAILI |
Date Deposited: | 31 Oct 2018 03:25 |
Last Modified: | 31 Oct 2018 03:25 |
URI: | http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/9682 |
Actions (login required)
View Item |