REAKTUALISASI KISAH ASHAB AL-QORYAH DALAM TAFSIR YASIN KARYA SYEIKH HAMAMI ZADAH

YUSRIL AINUR ROFIQ, 126301211042 (2025) REAKTUALISASI KISAH ASHAB AL-QORYAH DALAM TAFSIR YASIN KARYA SYEIKH HAMAMI ZADAH. [ Skripsi ]

	Text COVER.pdf Download (1MB)
	Text ABSTRAK.pdf Download (353kB)
	Text DAFTAR ISI.pdf Download (196kB)
	Text BAB I.pdf Download (376kB)
	Text BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (390kB)
	Text BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (723kB)
	Text BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (228kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (340kB)
	Text LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (973kB)

Abstract

Skripsi dengan judul ―Reaktualisasi Kisah Ashab Al-Qoryah Dalam Tafsir Yasin Karya Syekh Hamami Zadah‖ yang di susun oleh Yusril Ainur Rofiq, NIM. 126301211042, pembimbing Prof. Dr. M. Teguh Ridwan, M.Ag. Kata Kunci: Ashab Al-Qoryah, Tafsir Yasin, Syekh Hamami Zadah, Hermenutika Gadamer, Penolakan Sosial. Di era digital, tantangan dakwah semakin kompleks, terutama ketika menghadapi generasi Z dan Alpha yang lekat dengan media sosial seperti Instagram dan TikTok. Tantangan utamanya adalah bagaimana menghadirkan dakwah yang komunikatif, responsif, dan inspiratif untuk mendorong perubahan perilaku positif dan pembangunan bangsa secara holistik, alih-alih sekadar untuk hiburan atau alat mobilisasi politik belaka. Diperparah juga dengan penyalahgunaan media sosial untuk mencemooh dan menjatuhkan mental para pendakwah muda. Sejak awal, al-Qur‘an telah menyinggung tantangan dakwah misalnya kisah Ashab al-Qaryah, namun kajian pada kisah ini kurang begitu mendalam dan hanya bersifat repetitif, maka dari itu peneliti bermaksud menjadikan kisah ini relevan sebaagai panduan strategis bagi para da'i dalam menghadapi tantang dakwah di era sekarang. Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini merumuskan tiga permasalahan utama: (1) Bagaimana Tafsir Yasin karya Syekh Hamami Zadah menguraikan narasi penolakan dakwah dan respons para utusan dalam kisah Ashab al-Qaryah? (2) Bagaimana pendekatan hermeneutika Hans-Georg Gadamer dapat digunakan untuk menggali relevansi kontekstual kisah Ashab al-Qaryah di tengah tantangan dakwah era digital? (3) Bagaimana reaktualisasi kisah Ashab al-Qoryah melalui pendekatan Hermeneutika Gadamer dapat menjadi panduan para da‘i dalam menghadapi penolakan dakwah di era sekarang? Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berbasis studi pustaka (library research), dengan sumber primer berupa Tafsir Yasin karya Syekh Hamami Zadah dan Kebenaran dan Metode karya Hans- Georg Gadamer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Syekh Hamami Zadah menafsirkan penolakan terhadap utusan Nabi Isa dalam kisah Ashab al-Qaryah sebagai ekspresi ketakutan masyarakat Antakiyah akan terganggunya tatanan sosial. Penolakan verbal dan kekerasan ini dipicu karena anggapan sial masyarakat karena kedatangan utusan, selain itu juga kesombongan masyarakat. Syekh Hamami menekankan dakwah harus disampaikan bertahap, penuh hikmah, disertai doa dan kesantunan sebagaimana penafsiranya pada surat Yasin ayat 24. Melalui pendekatan hermeneutika Gadamer, pemahaman teks dicapai melalui fusi horizon yaitu dialog antara horizon mufasir dan horizon pembaca modern. Fusi horizon ini mengungkap bahwa penolakan dakwah, baik di masa lalu maupun era digital, seringkali berakar pada "luka sejarah" atau persepsi ancaman. Penelitian ini juga menemukan bahwa nilai kesantunan dan istiqamah dalam kisah tersebut sangat relevan dengan dakwah digital. Kesantunan menjaga kehormatan komunikasi di ruang maya yang lebih adem dan bijaksana. Sementara istiqamah membentuk integritas da‘i yang teguh dalam menyampaikan kebenaran, memungkinkan penyebaran nilai positif berkelanjutan.

Actions (login required)

View Item