SULAIMAN HADI FIRMANSYAH, 126309202085 and SAIFUL MUSTOFA, 199103222020121010 (2025) KONSTRUKSI MITOS BATIK PARANG DI KECAMATAN NGLUYU KABUPATEN NGANJUK. [ Skripsi ]
![]() |
Text
COVER.pdf Download (862kB) |
![]() |
Text
ABSTRAK.pdf Download (183kB) |
![]() |
Text
DAFTAR ISI.pdf Download (73kB) |
![]() |
Text
BAB I.pdf Download (257kB) |
![]() |
Text
BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (235kB) |
![]() |
Text
BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (233kB) |
![]() |
Text
BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (199kB) |
![]() |
Text
BAB V.pdf Restricted to Registered users only Download (72kB) |
![]() |
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (140kB) |
![]() |
Text
LAMPIRAN.pdf Restricted to Repository staff only Download (864kB) |
Abstract
ABSTRAK Batik merupakan warisan budaya bangsa Indonesia yang tidak hanya bernilai estetis, tetapi juga sarat akan makna simbolik dan kearifan lokal. Salah satu motif batik yang memiliki makna mendalam adalah batik parang, yang dalam tradisi Jawa kerap diasosiasikan dengan kekuasaan, keberanian, dan kontinuitas hidup. Namun, di Kecamatan Ngluyu Kabupaten Nganjuk, berkembang sebuah mitos larangan menggunakan batik parang dalam acara tertentu seperti pernikahan atau hajatan. Mitos ini dipercaya dapat mendatangkan kesialan atau konflik, sehingga masih dipatuhi oleh sebagian masyarakat. Fenomena ini menunjukkan adanya konstruksi sosial yang kuat terhadap makna simbolik batik parang dalam konteks lokal yang perlu dikaji lebih lanjut. Dari fenomena diatas tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengalanisis latar belakang adanya mitos, dan konstruksi dari mitos tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk menggali secara mendalam konstruksi mitos larangan menggunakan batik parang di Ngluyu. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam dengan tokoh adat, dan masyarakat setempat, serta dokumentasi. Teori yang digunakan dalam menganalisis fenomena ini adalah teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann yang menjelaskan bagaimana realitas sosial dibentuk melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mitos larangan menggunakan batik parang di Ngluyu terbentuk dari warisan nilai-nilai leluhur yang terus direproduksi melalui narasi budaya dan praktik sosial. Norma ini masih diyakini dan dijalankan oleh masyarakat hingga saat ini sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan upaya menjaga harmoni sosial. Proses konstruksi ini diperkuat oleh peran tokoh adat dan keluarga sebagai agen internalisasi nilai budaya, serta absennya upaya dekonstruksi dari lembaga pendidikan atau pemerintah desa. Mitos tersebut tidak hanya menjadi bagian dari keyakinan kolektif, tetapi juga menjadi mekanisme kontrol sosial dalam kehidupan bermasyarakat Kata kunci : Konstruksi, Mitos, Batik Parang
Item Type: | Skripsi |
---|---|
Subjects: | Sosiologi Agama > Tradisi |
Divisions: | Fakultas Ushuluddin, Adab Dan Dakwah > Sosiologi Agama |
Depositing User: | 126309202085 SULAIMAN HADI FIRMANSYAH |
Date Deposited: | 23 Sep 2025 03:24 |
Last Modified: | 23 Sep 2025 03:24 |
URI: | http://repo.uinsatu.ac.id/id/eprint/62302 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |